OpiniPojok #UNYuUNY Banget

Pilihan Rasional Mahasiswi UNY Dalam Berpakaian

Menjadi mahasiswa perempuan atau selanjutnya disebut mahasiswi di kampus yang berlabel “kampus pendidikan”, tidaklah suatu perkara yang gampang sebagaimana layaknya kampus umum lainnya. Mengapa? Bukan hanya peraturan akademik yang terkesan cukup kaku, etika berpakaian mahasiswa pun turut diatur. Demi apa? Demi pencitraan akan label “calon guru” yang melekat bagi para mahasiswa/i di banyak nama jurusan yang berawalan kata “pendidikan”.

mahasiswi uny
pic : instagram.com/bem.uny/

Bagi mahasiswa laki-laki harus berpakaian kemeja dan bercelana panjang non jeans. Sedangkan yang perempuan yang tidak berjilbab harus memakai kemeja berkerah juga celana panjang non jeans atau bisa juga dengan rok kain dengan minimal panjang se-lutut. Bagi yang berjilbab, tentunya semua harus serba tertutup dan non jeans. Why? Entah apa alasan rasional yang sebenarnya.

Banyak yang bilang kalau etika berpakaian itu untuk melatih para mahasiswa/i agar terbiasa mengenakan setelan ala guru jika suatu saat saat lulus mereka menjadi guru. Selain itu ada juga yang bilang kalau dengan berpenampilan “rapi” menunjukkan citra seseorang yang lebih berwibawa dan tidak nyleneh (baik atau tidak aneh-aneh). Hmm, tapi apakah benar?

Saya akan berbicara secara obyektif disini. Model pakaian dan gaya berpakaian adalah hak masing-masing individu. Saya tahu bahwa universitas memiliki aturan tersendiri tentang gaya berpakaian yang disebut “rapi” tersebut. Tapi, apakah hal tersebut cocok diterapkan oleh semua mahasiswa? Apakah gaya berpakaian itu membuat semua mahasiswa nyaman? Saya rasa tidak.

baca juga : Sisi Lain Kampus Keguruan

Beberapa kali saya mendengar mahasiswi mengeluhkan rok yang mereka pakai justru menjadi penghambat mobilitas mereka ketika di kampus. Jalan tidak bisa cepat, rok sering menjerat kaki, dan keluhan lain-lainnya. “Kan masih ada celana kain? Kalau tidak bebas menggunakan rok, bisa menggunakan celana kain kan?” Jawabannya, apa bedanya celana kain dengan celana jeans? Setahu saya celana kain jatuhnya lebih mahal daripada celana jeans, serta gampang robek. Juga memang celana jeans membuat pemakain terlihat lekuk kakinya dibanding jika dengan mengenakan celana kain? So what? Jika tidak mengganggu pandangan mahasiswa lain dan nyaman untuk dirinya sendiri saya rasa tak apa. Di jaman modern gini gitu?!

Baca Juga  Ini Lho Letak Gedung PKM fakultas-fakultas di UNY

Apakah sebuah jaminan juga jika seseorang yang memiliki penampilan “rapi” menurut konstruksi kampus pendidikan ini adalah orang yang baik atau akan menjadi orang baik? Benarkah? Hmm, sedikit mengingatkan. Koruptor di atas sana adalah orang yang berpakaian rapi lho. Guru ketika selesai mengajar juga akan berpakaian biasa saja karena mereka melek mode/style. Jadi, saya ulangi lagi pertanyaan di atas, “Apakah mahasiswa yang memiliki penampilan “rapi” menjadi jaminan dia adalah orang yang baik dan menjadi baik?”

Saya akan menjawab, “Tidak.” Membiarkan mahasiswa bebas dan jujur dalam mengekspresikan diri termasuk dari hal terkecil yaitu gaya berpakaian adalah salah satu cara yang lebih tepat dan bijak bagi universitas dalam mendidik mahasiswanya. Pakaian adalah wujud dari karakter yang mana, karakter adalah suatu hal yang tidak bisa diseragamkan. Lalu bagaimana jika ada mahasiswa yang asal memakai pakaian yang terkesan tidak sopan?

Baca Juga  Mau Tes TOEFL? Langsung Kepoin Layanan Tes TOEFL di UNY, Yuk!

Tidak sopan menurut pandangan siapa? Orang Jadul nan kaku atau orang yang fleksibel dan melek perubahan? Jika yang berkata tidak sopan adalah orang-orang yang fleksibel dan melek perubahan, bisa jadi memang mahasiswa tersebut memakai pakaian yang tidak membuat nyaman banyak mata. Caranya pun simpel, tambah saja peraturan yang mengatakan bahwa pakaian yang dikenakan harus membuat nyaman pemakai dan siapapun yang melihatnya.

baca juga : Karakter Mahasiswi UNY Berdasarkan Fakultasnya

Memang, kategori nyaman tidak mudah untuk dideskripsikan melalui kata atau kalimat. Tapi, mode atau fashion adalah tentang seni dan mata yang menilai. Saya rasa, hampir semua mata orang Indonesia jaman sekarang memiliki pendapat yang sama tentang penampilan. Seperti ucapan salah satu mantan Puteri Indonesia Nadine Chandrawinata, “Fashion adalah bagaimana cara mendapatkan busana yang nyaman tanpa mengubah personal character diri sendiri.”

Pertanyaan selanjutnya adalah, “Apakah universitas pendidikan yang memiliki jargon tentang pendidikan karakter mahasiswanya ini sudah melakukan hal yang tepat? Dari hal yang paling kecil, yaitu cara berpakaian atau yang dengan bahasa umum disebut dengan fashion?” Tak usah banyak khawatir, saya rasa mahasiswa di universitas ini adalah mahasiswa yang tidak akan kuliah dengan mengenakan tanktop dengan belahan dada terbuka dan rok/celana yang memamerkan paha kemana-mana. Karena mereka sadar, karena mereka adalah mahasiswa.

Libriana Candra

Mahasiswi Pendidikan Sosiologi |Menulis, Backpacking |amarisdaren.blogspot.com

Related Articles

Back to top button
X