Pojok #UNYuTips

Seberapa Pentingkah “The Power of Reading”

The Power of Reading.  Satu frase yang sudah sering kita dengar dan lalu lalang di antara sejuta aktivitas yang kita jalani. Akan tetapi, pernahkah kita duduk sejenak untuk berpikir apa sih manfaatnya membaca yang sebenarnya? Apa sudah cukup pengetahuan kita sejauh ini untuk menyongsong masa depan kita kelak? Apa sudah cukup ilmu kita untuk mengharumkan nama baik universitas tercinta kita ini? Negara tercinta kita ini? Lho, siapa tahu beberapa tahun lagi kita menjejakkan kaki di negara orang untuk memperkenalkan khasanah budaya Indonesia kepada mereka? Apa pada saat itu terjadi, kita hanya bengong saja karena tidak tahu menahu soal apapun? Maka dari itu bacalah artikel ini sampai selesai supaya kamu tau seberapa pentingnya The Power of Reading

GandakanProduktivitasdenganMembacaCepat02

The Power of Reading, yang tentu saja berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, especially di dunia kampus. Mulai darimana ya.. Emm, yap, dari sini: membaca berpotensi menambah kebosanan, terutama bagi temen-temen yang memang tidak memiliki hobi membaca. Di era yang penuh dengan alat-alat canggih seperti sekarang ini, gadget yang bertebaran di seantero jagad raya, membaca menjadi kurang diminati. Jangankan untuk membaca, melihat buku-buku saja sepertinya sudah alergi. Tapi, kalau tidak dengan membaca, maka pertanyaan di atas masih akan terulang, apa sudah cukup ilmu yang kita punya sampai tidak perlu membaca?

Kemudahan akses informasi melalui kemajuan teknologi pastinya sangat membantu dalam aksi peningkatan membaca untuk memperoleh ilmu yang bermacam-macam. Seharusnya begitu. Namun yang kita temukan, kemajuan teknologi justru menghambatnya. Seseorang lebih memilih sibuk dengan gadgetnya ketimbang menghabiskan waktu dengan membaca buku. Di era modern ini, membawa buku dianggap culun, dan mereka yang membawa gadget dianggap keren. Duh, padahal yang paling keren tentu saja: smartphone together with smart people. Smart people tentu saja tidak akan memfungsikan fasilitas yang ia miliki (baca: smartphone) hanya sebagai ajang gengsi-gengsian, gaya-gayaan, foto selfie, dan nge-game. Smart people akan memfungsikan fasilitasnya untuk menambah ilmu dan wawasan. Koneksi internet yang saat ini hampir dimiliki oleh seluruh mahasiswa (khusus mahasiswa UNY punya fasilitas hotspot juga lho) bisa dimanfaatkan untuk menambah referensi materi mata kuliah di kelas. Kalau kita sering baca, nambah wawasan, setidaknya ketika di kelas nggak cuma bengong dan melongo dengerin dosen ngajar di depan kelas. Bahkan kalau kita sering membaca, kita bisa menghasilkan diskusi yang asik dengan dosen. Dosen pun pastinya akan lebih cair dan hangat ketika ada mahasiswa yang aktif tapi bukan karena sok tahu dan sok pintar, tetapi murni karena mahasiswa memiliki pemikiran kritis yang bisa didiskusikan dengan dosen sehingga akan semakin menambah wawasan dan membuka cakrawala dunia. Wuehee…kurang manteb apa coba?

Baca Juga  Sukses Bisnis Desain ala Kang Kikur Founder "Inipagi"

Sebuah pernyataan tentang membaca, “Males ah baca materi kuliah, entar juga diterangin sama dosen.”. Iya sih, ujung-ujungnya materi kuliah itu juga akan diterangkan sama dosen, akan tetapi apa iya kita rela tiap hari dimarahin dosen karena nggak tahu ini nggak tahu itu? Padahal silabus udah dikasihin di hari pertama kuliah sebagai acuan selama 15 kali pertemuan selanjutnya. Furthermore, sekarang sih mungkin rela-rela aja dimarahin dosen kelas, toh yang penting lulus di kelas tersebut. Nah, tapi apa iya kalau kita nykripsi besok baru mulai baca-baca referensi di semester yang sama saat kita ngajuin skripsi? Udah telat dong. Persoalan nggak lulus-lulus bukan saja menghantui, tapi juga dosen pembimbing yang entah seberapa kadar killernya. Mulai membaca ketika kita mengajukan skripsi akan mempersulit kelulusan kita, percaya deh. Nanti hasilnya nggak maksimal, lebih parah lagi kalau ujung-ujungnya plagiat, ya ampun. Say NO to plagiarism yaa mahasiswa UNYu… Nah, kalau memang belum hobi baca buku, setidaknya force yourself untuk membaca materi-materi yang kiranya besok akan sangat berguna sebagai referensi penyusunan skripsi.

By the way, membaca bukan hanya soal kemauan, tapi juga soal skill. Termasuk di dalamnya skill menggaet perhatian dosen kenapa seperti itu? Membaca materi yang akan dibahas oleh dosen berdasarkan silabus yang telah diberikan akan membuat kita memiliki bekal sebelum makan siang, eh, sebelum perkuliahan. Jadi ketika dosen memberikan pertanyaan, setidaknya antena di otak kita udah mulai nyahut. Tidak bisa dipungkiri bahwa nilai merupakan salah satu aspek penting dalam perkuliahan. Walaupun semakin bertambah semester kita semakin menyadari perbedaan idealita dan realita, namun persoalan IP sudah barang tentu menjadi sebuah perkara tersendiri. Nah, dengan membaca kita bisa nyicil dapet IP bagus lho.. Cara kerjanya? Ya lewat itu tadi, menggaet perhatian dosen dengan aktif di kelas, bertanya, menjawab, dll. Presensi dan partisipasi juga memiliki andil dalam pembuatan nilai kan? Walau tidak berpengaruh terlalu besar, akan tetapi apabila diabaikan juga akan mengurangi nilai. Belum lagi kemudahan dalam menjawab soal-soal ujian jika kita rajin membaca buku. Apalagi ketika presentasi, widih.. Referensi yang banyak dan bermutu akan sangat membantu kita ketika berdiri di depan kelas. Nah kan, persoalan sederhana bernama membaca di sini sudah berapa persen membantu kita menabung nilai? Ini bukan persoalan orientasi nilai ya, namun lapangan pekerjaan di luar sana mau tidak mau banyak yang juga melihat IPK sebagai salah satu persyaratan administrasi dalam melamar pekerjaan, jadi berhentilah berpikir bahwa IPK tidak penting. IPK itu penting, meski ia bukanlah hal yang paling penting.

Baca Juga  Mengenal Lebih Dekat Rumah Akademik Kita ; Siakad UNY

Sering melihat mahasiswa berkacamata? Jika Anda salah satu yang berkacamata, maka sebaiknya alasan Anda berkacamata adalah karena sering membaca, bukan karena sering berada di depan video games. Mengapa? Akan sangat disayangkan nikmat Tuhan yang begitu luar biasa bernama penglihatan ini rusak karena hal-hal yang tidak bermanfaat bagi kehidupan kita. Jikalau mata Anda bermasalah karena sering berada di depan layar, pastikan aktivitas Anda di depan layar tersebut adalah untuk menambah wawasan, menghasilkan karya, atau pekerjaan untuk menata masa depan, bukan sekedar bermain beberapa games. Permainan memang perlu, namun permainan adalah salah satu wahana dalam refreshing. Sementara refreshing sendiri hanya memerlukan waktu sampai pikiran segar kembali, tentunya tidak akan menyita waktu yang amat lama kan? Pengelolaan waktu yang tepat harus mulai dikuasai, termasuk soal refreshing.

Nah, demikian tadi sekelumit mengenai The Power of Reading yang sebenarnya lebih ingin mengajak teman-teman untuk mulai membaca buku-buku kuliah, sebagai rujukan ilmu pengetahuan. Dosen juga manusia biasa, ilmu yang dimiliki tentulah bukan satu-satunya sumber pengetahuan. Maka sebagai mahasiswa, kita dituntut proaktif dalam menambah ilmu-ilmu itu secara mandiri. Sekali lagi tentu saja: mari mulai membaca buku-buku pengetahuan. Indonesia membutuhkan sarjana muda yang tidak hanya cakap dalam menyelesaikan persoalan sehari-hari, namun memiliki wawasan yang begitu luas. Mari mulai dari hal yang sederhana: membaca. Tidak butuh kemampuan khusus, yang dibutuhkan adalah: KEMAUAN, Semoga bermanfaat

Penulis : Vega Inria R

admin

UNY COMMUNITY - Komunitas Mahasiswa dan Alumni UNY - kirim artikel menarik kalian ke redaksi@unycommunity.com, syarat dan ketentuan baca  Disini 

Related Articles

Back to top button
X