OpiniPojok #UNYu
Trending

Kurikulum Indonesia Adalah Sistem Pelajaran, Bukan Sistem Pendidikan

Guru dituntut untuk mengikuti kurikulum dan sering kali tidak diberi kebebasan untuk mengeluarkan kreativitasnya dalam mendidik murid-muridnya. Padahal, sejatinya yang lebih paham dengan keadaan anak didiknya adalah guru itu sendiri, bukan kurikulum. Pandji Pragiwaksono pernah mengatakan bahwa sistem pendidikan di negara kita itu ibarat ikan, monyet, burung yang semuanya diharuskan untuk bisa memanjat. Padahal setiap dari kita memiliki potensi masing-masing yang tentu saja berbeda, tidak bisa disamaratakan dan dipaksa untuk bisa.

Kurikulum Sebagai Sistem Pelajaran

Cerita di atas adalah salh satu alasan mengapa kurikulum di negara kita itu bisa disebut sebagai sistem pelajaran, bukan sistem pendidikan. Murid hanya datang ke sekolah untuk menerima pelajaran, kemudian saat tiba waktunya ujian, mereka harus bisa mendapatkan nilai yang bagus. Sementara guru yang juga harus mengikuti kurikulum, belum memberikan makna sepenuhnya dari sistem pendidikan itu. Seharusnya, pendidikan itu mendidik murid kita tidak hanya dalam hal mata pelajaran saja dan semuanya diharuskan untuk bisa memahami secara keseluruhan.

Anak-anak harus digali supaya mau untuk bertanya sehingga bisa menjadi sebenar-benarnya kaum terdidik. Karlina Supelli dalam wawancaranya bersama Gita Wirjawan mengatakan bahwa orang yang terdidik itu adalah orang yang mengerti betul tugas dia hidup di dunia, hidup bersama dalam suatu negara, bangsa, dan juga kemanusiaan. Jadi, dia mengerti betul posisi dia dan apa yang bisa dia sumbangkan. Seharusnya sejak awal setiap individu memiliki tanggung jawab terhadap ilmunya. Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa orang berpendidikan itu yang bisa mengolah betul pertarungan antara hasrat yang terus menggoda dengan kemampuan dia berpikir untuk menahan emosi tersebut.

Baca Juga  Lakukan Hal Berikut Ini Saat Kamu Diterima Menjadi MABA UNY

Nah, masalahnya murid-murid zaman sekarang juga cenderung pasif dalam bertanya. Ketika diberi kesempatan oleh guru untuk bertanya, mereka justru memilih untuk diam. Biasanya, hal ini disebabkan karena beberapa hal, misalnya cara mengajar guru yang kurang menarik sehingga murid bosan untuk mendengarkan penjelasan.

Guru juga sering kali kurang berinovasi dalam mengajar karena memang sudah sejak awal mereka adalah hasil dari paksaan orang-orang disekitarnya. Ketika guru masih menempuh pendidikan di perguruan tinggi, mungkin mereka dipaksa untuk menjadi PNS oleh orang tuanya, untuk mengambil jurusan kependidikan. Hal ini menjadikan profesi guru yang lahir dari hasil paksaan tidak maksimal dalam tugasnya dan akan berdampak pada sistem pendidikan selanjutnya.

Baca Juga  Cara Mewujudkan Resolusi Ala Mahasiswa, Dijamin Bukan Hanya Wacana
Solusi Permasalahan

Oleh karena itu, kita tidak bisa menyalahkan satu pihak saja dalam hal sistem pendidikan di negara kita ini. Perlu adanya kontribusi dari semua pihak. Inilah yang menjadi masalah terbesar negara kita, Sumber Daya Manusia yang masih kurang dalam hal mindset atau cara berpikir mereka. Kita lebih senang melakukan segala sesuatu yang mudah, tidak rumit, tidak menguras banyak tenaga dan pikiran.

Kalau sudah begini, kita hanya bisa memulai dari diri sendiri dan mengajak orang-orang terdekat kita untuk me-refresh mindset agar sadar dengan potensi dan tanggung jawab kita masing-masing. Sebab, memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia merupakan suatu tugas yang kompleks dan membutuhkan upaya kolaboratif dari berbagai pihak.

So, memulai dari diri sendiri adalah langkah awal yang penting untuk membawa perubahan positif dalam sistem pendidikan. Dengan mengubah mindset dan meningkatkan kesadaran akan potensi dan tanggung jawab kita masing-masing, kita dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam memperbaiki sistem pendidikan.

Semoga siapapun yang membaca tulisan ini bisa turut berkontribusi dalam memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia, walaupun hanya dengan meluruskan mindset itu saja.

Zahra Radhiyya M

Mahasiswi S1 Pendidikan Teknik Boga

Related Articles

Back to top button
X