Berkunjung ke Kafe Prianti Gagarin Ala Film Gadis Kretek
Suasana jalan Magelang-Yogyakarta siang itu terpantau ramai lancar. Dibalik hiruk-pikuk kendaraan yang berlalu lalang di perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, ternyata ada kafe dengan suasana menawan hati namun belum banyak diketahui para pemburu kafe hidden gem. Seolah-olah kafe cantik ini akan memanggil mereka yang memang ditakdirkan untuk datang beranjangsana kesana.
Kafe dengan bangunan lama khas peninggalan kolonial Belanda ini terletak tidak jauh dari pintu perbatasan kedua provinsi. Berada di bahu jalan sebelah kiri jika berkendara menuju arah Magelang-Semarang begitu juga sebaliknya, kafe yang sekaligus merangkap menjadi tempat koleksi beberapa kain batik bernilai tinggi ini bernama Kafe Prianti Gagarin. Saat kami membaca namanya, terlintas suasana dan pengalaman unik yang akan kami dapatkan.
Kafe Prianti Gagarin sendiri diambil dari nama salah satu duta besar Indonesia untuk Republik Bolivar Venezuela dan lima negara lain di sekitarnya yaitu Prianti Gagarin Djatmiko Singgih. Saat tim penulis berkunjung,kami langsung dibuat takjub dengan kondisi bangunan yang masih terawat dan suasana yang asri dan bersih serta cukup hening meski masih sayup-sayup terdengar ramai deru kendaraan dari ruas jalan di depan
Saat masuk melalui beranda, kami sudah disambut oleh koleksi beberapa piring porselen, lukisan-lukisan minyak nan antik tentang Negara Belanda yang khas berupa gambar kincir angin, beberapa pajangan menu kue kering seperti kastangel dan lidah kucing, koleksi batik karya empunya rumah hingga beberapa sertifikat penghargaan. Kursi-kursi kayu coklat diatur sedemikian rupa pada tiap ruangan menambah kesan klasik dan homey serta privat jika ingin berkunjung untuk acara rapat atau makan bersama keluarga dalam suasana indoor. Panasnya – siang di Magelang seolah tidak terasa disini karena adanya sistem ventilasi dengan jendela khas berjalusi di beberapa sudut kafe ini.
Beralih ke arah pintu tengah menuju halaman belakang,kami disuguhkan dengan suasana asri dan teduh karena banyaknya pohon menaungi. Pada halaman tengah bagian belakang ini, tertata beberapa kursi untuk pengunjung menikmati suasana outdoor serta ada mushola di bagian sayap kiri bangunan. Sejenak,kami saling berpandangan dan mengiyakan pendapat dalam kepala masing-masing jika kafe ini mirip dengan suasana di film gadis kretek.
Tak sampai disitu,kami juga langsung dibuat gagal fokus dengan bangunan cantik berbentuk segi enam di pojok kanan halaman sebelum area dapur penyajian di seberang pendopo dan lapangan parkir. Bangunan yang saat kami masuki masih terasa kental suasana khas bangunan Belanda dengan jendela tinggi dan lantai bermotif kini difungsikan sebagai semacam “sanggar kecil” sekaligus tempat menaruh beberapa lukisan, foto, penggalan koran berisi sepak terjang sang pemilik rumah yang berjasa memperkenalkan bakti di kancah internasional.
Kami sempat berswafoto dan mengambil beberapa video dibangunan ini. Lantainya sendiri kami asumsikan masih asli karena bentuknya masih mempertahankan bentuk lama dengan ukiran bunga khas seperti pada bangunan Belanda. Sayangnya, tidak ada brosur atau papan informasi yang detail menjelaskan fungsi bangunan ini pada masa lampau.
Siang yang cukup terik membuat masing-masing dari kami memilih untuk memesan es kelapa muda, es kopi caramel, cassava roll, bakmie jawa dan kentang gurih sebagai menu bersantap siang. Sayang sekali saat artikel ini ditulis, foto dokumentasi rusak saat akan dimasukan. Sebagai gantinya berikut ini beberapa potret menu yang lainnya. Perlu diketahui,menu-menu yang tersedia merupakan menu tradisional dengan bahan baku terbaik serta beberapa menu khas kolonial seperti bitterbalen hingga poffertjes dan tentunya halal.
Setelah solat ashar, kami memutuskan mengakhiri acara berkunjung di kafe ini. Memastikan pembayaran sudah selesai dan tidak ada yang tertinggal, kami lantas kembali ke Yogyakarta.Ketika hendak berjalan pulang, ada perasaan sedikit enggan dan tetap ingin disana beberapa lama lagi. Apakah ini pertanda kami dipanggil untuk berkunjung kembali suatu hari nanti ? . Nantikan petualangan kami selanjutnya ! Tot ziens !