Pojok #UNYuTips

Derita Mahasiswa Akhir: Rawan Didahului Wisuda dan Nikah!

Untuk kita yang menjadi mahasiswa tingkat akhir, masihkah menjaga semangat untuk menuntaskan kewajiban kuliah?

Halo, Sahabat UNYu! Sebagai mahasiswa tingkat akhir, biasanya semakin turun ekspektasi tentang kehidupan perkuliahan. Jika dahulu di awal tahun kuliah berambisi mendapat IPK tertinggi dan prestasi bejibun, maka sekarang yang dipegang teguh: asal lulus. Kehidupan dunia perkuliahan memanglah unik. Dulunya selalu jadi kaum ambis, makin ke sini makin fatalis.

Ironisnya, mahasiswa tingkat akhir juga menemui cobaan yang bertubi-tubi. Biasanya ada teman seangkatan/sekelas yang tiba-tiba sudah sidang skripsi dan siap mempersiapkan wisuda. Lebih nyesek lagi, tak ada petir menggelegar atau angin puting beliung, tiba-tiba ada aja yang melangsungkan pertunangan atau pernikahan. Semua seperti serba dadakan macam tahu bulat hehe…

Ditambah lagi nih, biasanya ada tren repost story WhatsApp/snapgram Instagram foto teman kita yang baru sidang, sudah wisuda, tunangan, atau nikah. Duh… jiwa ini seakan makin insecure, hati tercabik-cabik, keringat dingin mengucur deras haha…

Sumber: voaindonesia.com dan pixabay.com

Jika kondisi sudah demikian, kita tentu dihadapkan pada beban moril. Sungguh dilematis. Di sisi lain, kita harus menunjukkan kesetiakawanan dan ungkapan turut bahagia karena teman sudah berhasil merampungkan kitab sucinya—skripsi atau melepas masa lajangnya. Tapi, di sisi lain ada perasaan iri dan minder tujuh turunan karena melihat progres orang lain yang begitu cepat dibanding kita.

Baca Juga  Yuk Intip, Gimana Sih Jurusan Teknik Sipil itu?

Wah…wah…wah… sungguh bahaya jika kita biarkan perasaan ini begini terus. Dilema antara rasa kesetiakawanan dan rasa iri. Kita mesti lakukan healing dan beberapa tips ke diri sendiri supaya jiwa kita tetap waras.

Pertama, pahami kalau hidup bukan melulu soal perlombaan. Jika ada teman yang lebih dahulu wisuda, ya sudah, itu memang waktunya dia untuk wisuda. Lalu, kalau ada teman yang duluan nikah, ya sudah, jodohnya memang udah datang. Karena hidup tak melulu soal perlombaan, kita tak perlu bandingin hidup kita dengan orang lain. Masing-masing punya waktu yang tepat untuk mendapatkan apa yang kita harapkan. Tentunya, kita tetap berusaha dan pantang menyerah ya untuk meraih target hidup kita. Kata “waktu yang tepat” pun tak boleh jadi alasan untuk bermalas-malasan dan menunda. Maksimalin aja usaha kita.

Kedua, ditinggal wisuda atau nikah duluan bukan berarti kita kaum ngenes. Coba deh tanya sama temanmu yang udah mau wisuda atau nikah duluan, apa mereka bahagia selalu dan tak pernah menemui rintangan? Tentunya, mereka tak selamanya menemui jalan yang mulus. Yang wisuda lebih cepat tentu perlu persiapan yang cepat. Yang mau nikah lebih cepat tentu menghadapi persiapan yang tak mudah juga. Kemampuan tiap manusia pasti udah terukur kok. Dan kita yang masih berjuang untuk menyelesaikan skripsi bukanlah kaum ngenes. Tuhan kasih kita kesempatan untuk menyelesaikan skripsi dulu. Jika berhasil, barulah kita siap menyongsong kebahagiaan wisuda. Pun, Tuhan datangkan jodoh di saat diri kita sudah siap dari segala sisi.

Baca Juga  Kamu Suka Hal-Hal Berbau Otomatisasi? Kuliah di Teknik Mekatronika UNY Saja

Ketiga, ikutlah bergembira saat teman kita bahagia. Jika memang ada tradisi repost story/snapgram teman yang sudah wisuda dan nikah duluan, ya sudah nggak apa-apa. Tunjukkan kesetiakawanan kita. Tak perlu iri/insecure dengan apa yang sudah diraih lebih dulu oleh teman kita. Insecure itu tak ada gunanya. Justru jadikan pencapaian teman kita sebagai motivasi dan peningkat semangat untuk menyelesaikan skripsi.

Jadi, tak ada alasan lagi dong untuk menunda menyelesaikan skripsi? Hehe…

Skripsi itu jangan dipikirin, tapi lekas dikerjain. Yakinlah selalu kalau Tuhan sudah punya skenario yang terbaik buat kita, termasuk kapan kita wisuda dan kapan doi datang. Semangat, Sahabat UNYu!

Anis Safitri

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNY @irtifassina

Related Articles

Back to top button
X