Kabar Kampus

Abad Samudera Hindia

GUBERNUR DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X baru saja menyampaikan visi misi sebagai Calon Gubernur DIY dalam Rapat Paripurna Istimewa Penetapan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY Masa Jabatan Tahun 2017-2022 di Gedung DPRD DIY. Dengan mengusung tema yang amat progresif: ‘Menyongsong Abad Samudera Hindia untuk Kemuliaan Martabat Masyarakat Yogya’.

Sri Sultan HB X menguraikan posisi strategis DIY yang memiliki garis pantai sepanjang 126 kilometer mencakup tiga kabupaten, yakni Gunungkidul, Bantul dan Kulonprogo dalam lalu lintas perekonomian di wilayah Samudera Hindia. Sebuah samudera yang kini dan telah menjadi jalur lalu lintas penting bagi kapal kontainer dan sepertiga dari kargo curah yang berlayar di dunia. Lima tahun ke depan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DIY fokus pada pembangunan di wilayah selatan (KR, 3/8).

Wilayah selatan DIY memang merupakan surga baru bagi DIY. Potensi ekonomi yang lahir dari sektor pariwisata telah dirasakan masyarakat. Ke depan, pengembangan industri petikemas, perikanan, hotel, kuliner, pusat perbelanjaan, pusat pendidikan, pusat riset dan pusat olahraga merupakan potensi ekonomi yang tak kalah menguntungkan. Syarat yang segera dilakukan adalah perbaikan infrastruktur jalan, percepatan pembangunan Jalur Lintas Selatan-Selatan (JLSS) dan Bandara Udara Internasional di Kulonprogo. Program strategis ini merupakan upaya nyata untuk membuka isolasi ekonomi dan membangun interkoneksi antarwilayah di kawasan selatan DIY maupun Pulau Jawa.

Gagasan Sri Sultan tersebut harus bisa ditangkap seluruh pemangku kepentingan, tidak terkecuali pemangku kepentingan di perguruan tinggi yang ada di wilayah DIY. Lima tahun sampai sepuluh tahun ke depan, saya membayangkan akan terjadi pembangunan besar-besaran di wilayah DIY bagian selatan. Itu artinya, di saat yang sama kebutuhan tenaga kerja semakin tinggi. Lantas dari mana tenaga kerja tersebut? Apakah dari putra-putri Indonesia (terutama di kawasan DIY) atau dari luar negeri? Di titik inilah, perguruan tinggi (PT) mulai memikirkan solusi atas persoalan ketenagakerjaan tersebut.

Baca Juga  Mahasiswa UNY ciptakan APELO (Alat Pengasap Lele Otomatis)

PT yang memiliki instrumen dalam meningkatkan daya saing bangsa Indonesia, penting merenungkan kembali gagasan mantan Mendikbud Wardiman Djojonegoro, terkait konsep link and match. Konsep ini berupaya memadukan kurikulum pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja. Konsep link and match juga mengisyaratkan para lulusan berwawasan/bersikap kompetitif, seperti etika kerja, motivasi mencapai, penguasaan, sikap berkompetensi, arti uang dan sikap menabung.

Presiden Joko Widodo, telah menerbitkan Inpres tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi (9 September 2016). Hal pokok dari Inpres adalah roadmap revitalisasi pendidikan vokasi melalui tiga jalur: (a) revitalisasi SMK (Kemdikbud); (b) revitalisasi politeknik dan akademi kejuruan (Kemenristekdikti) dan (c) revitalisasi Balai Latihan Kerja dan program magang bersertifikat (Kemenakertrans).

Prinsip dari revitalisasi pendidikan vokasi ini adalah penyiapan tenaga vokasi yang terampil untuk menunjang program strategis pemerintah. Konsep teaching industry yang mengharuskan pembelajaran dilaksanakan melalui kerja sama dengan industri atau dunia usaha. Di sini diintegrasikan kurikulum pendidikan dengan kebutuhan dan dinamika perkembangan teknologi dan industri, kiranya tepat untuk dilaksanakan dalam pendidikan vokasi ke depan.

Baca Juga  Jadwal Registrasi Semester Genap 2015/2016 UNY

Idealnya, penyesuaian ataupun penyelarasan kurikulum dengan kebutuhan dunia kerja dan industri tidak harus dimaknai secara kaku. Artinya, pendidikan vokasi tidak hanya untuk melahirkan tenaga kerja terampil sebagai pencari kerja (job seeker), tetapi juga siap menciptakan pekerjaan. Di sinilah pentingnya spirit entrepreneurship (kewirausahaan) dalam upaya revitalisasi pendidikan vokasi. Spirit kewirausahaan ini tidak lantas menghilangkan kecenderungan menciptakan pekerja terampil. Sebaliknya, spirit kewirausahaan sebagai upaya memperkuat karakter pekerja terampil.

Dalam menyongsong Abad Samudera Hindia di atas, yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana kurikulum pendidikan vokasi tersebut juga tetap mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal Yogyakarta. Output-nya adalah lahirnya tenaga kerja lokal terampil berjiwa pengusaha tanpa mengabaikan nilai-nilai budaya Yogyakarta sebagai sebuah identitas. Dengan begitu, ketika potensi wilayah selatan DIY digarap, masyarakat Indonesia (Yogyakarta) akan menjadi pemain di negerinya sendiri. Inilah upaya meningkatkan kemuliaan dan martabat manusia Yogya yang dimimpikan Sri Sultan Hamengku Buwono X.

(Sutrisna Wibawa. Rektor dan Guru Besar FBS Universitas Negeri Yogyakarta. Artikel kerja sama KR- IKAL DIY. Artikel ini dimuat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Senin 7 Agustus 2017)

admin

UNY COMMUNITY - Komunitas Mahasiswa dan Alumni UNY - kirim artikel menarik kalian ke redaksi@unycommunity.com, syarat dan ketentuan baca  Disini 

Related Articles

Back to top button
X