MotivasiPojok #UNYu

Ibu, Dengarkan Pengakuanku. Aku Rindu Omelanmu

Omelan Ibu. Ah, itu jenis omelan yang membuatku rindu. Omelan itu datang sebagai perwujudan cinta kasih yang besar tentu saja. Menurut skenario-Nya, ini adalah fase bagiku yang sedang belajar menjadi dewasa sebenarnya. Meskipun demikian, aku tak bisa mengingkari bahwa omelan Ibu tak pernah absen menyapa telinga. Baiklah. Teruntuk Ibu, dengarkan pengakuanku. Aku rindu omelanmu, sungguh.

Ibu, Dengarkan Pengakuanku. Aku Rindu Omelanmu

Kamarmu Jangan Sering Berantakan

Entah ada kabar darimana, Ibu selalu tepat sasaran saat mengingatkan soal kamar yang berantakan. Omelan itu memang hanya sebatas via telepon sekarang, tapi rasanya seperti sedang berada di hadapanmu, Ibu. Suara Ibu sekarang terdengar sangat bijaksana, bukan lagi sepenuhnya nada perintah. Semakin lembut bahkan kedengarannya. Meski tidak langsung dituruti nasihat itu, aku hanya merasa ini bentuk perhatian sederhana yang manis.

Jangan Main Sampai Malam, Angin Malam Gak Baik Buat Kesehatan

Alarm durasi waktu main malam masih sering dilayangkan. Ah Ibu, aku masih sesekali melanggar. Berucap “ya”, selepasnya terasa melelahkan. Tentu aku  tahu kalau angin malam sering terasa jahat. Tentu aku bisa menebak, di akhir percakapan kita pasti pesan itu yang terucap. Dan alarm ini membuatku rindu.

baca juga :  Surat Cinta Teruntuk BAPAK

Makan yang Teratur, Jaga Kesehatan, Jangan Sering Begadang

Tiga mantra ampuh tersebut selalu terlayang di percakapan kita via telepon, Ibu. Sayangnya, aku seringkali melanggar tiga mantra ampuhmu itu. Berucap “ya” tapi nyatanya “belum ya”. Setelah tahu rasanya cidera badan akibat pola hidup yang agak ambyar, baru deh terangkat penyesalan. Tapi tetap, tiga mantra jitumu itu masih tidak dengan bosan kau lontarkan, Ibu. Ah Ibu, jika sudah begini, rasanya aku ingin menjadi anakmu yang belasan tahun lalu saja.

Baca Juga  Intip Perguruan Tinggi Swasta Terbaik di Semarang Versi Kemdikbud

Jangan Salah Pergaulan dan Hati-hati

Ibu selalu merasa bahwa sengat dunia bisa datang dari mana saja, termasuk dari pemilihan teman yang salah. Tentang peringatan bahwa lingkungan sekitar akan membentuk sikap, bagiku itu tidak salah, Ibu. Itu makanya Ibu selalu berucap “hati-hati”, dalam hal apa pun. Semua Ibu hanya tidak ingin anaknya jadi bunglon yang mengikuti arus. Boleh punya banyak teman, tapi prinsip tetap harus dijaga dan jangan sampai membuat kecewa. Itu saja.

baca juga : Dear, Mbakku yang tangguh lahir batin…

Skripsinya Diberesin

Ah, mungkin ini omelan yang bisa sukses menyulut amarah. Tapi tentu tidak senaif  itu aku melukaimu, Ibu. Ini memang persoalan yang cukup sensitif. “Oke, Bu, ini hanya soal waktu.” Ya, mungkin itu dulu jawaban ampuh yang bisa diberikan. Dan biasanya jika sudah membahas ini, bergeser topik pembicaraan akan lebih aman. Tapi ya, bukan soal nikah juga ya, Ibu. Keduanya sama. Sama-sama nestapa.

Baca Juga  Punya Circle Pertemanan Yang Berkualitas? Siapa takut, ini Dampak Positifnya

Ibu, tentu omelanmu itu bukan menyesatkan. Omelanmu adalah alarm diri untuk mengetuk kenyamanan sebenarnya. Meskipun omelan itu terasa monoton, tapi sesungguhnya di saat tertentu, aku rindu, sungguh.

Dy Zhisastra

Saya menyayangi mereka yang menyayangi saya | Pegiat Sastra Universitas Negeri Yogyakarta

Related Articles

Back to top button
X