Sastra

Puisi Gunung Sumbing

DSCN4357

Awalnya kami adalah huruf-huruf yang berserak

lalu di pertemukan layaknya sebuah kalimat didalam sebuah kisah

sangat tidak mudah untuk membentuk kaliamat yang padu

kami pun mencoba akrab pada waktu, mencoba akrab pada huruf lain yang saling berseru

perlahan-lahan kami menjelma menjadi sebuah catatan kisah #sumbing

 

kami katakan bahwa kami pernah menumpuh ini

berkas ingatan yang dinamakan kenangan

perjalanan singkat penuh tantangan yang membawa kenyakinan

bahwa porsi ideal hidup kami adalah ” Menjadikan Hidup Lebih Baik “

 

Rektorat Universitas Negeri Yogyakarta,

Sebuah rentetan latar yang menghantarkan kami pada kisah ini

Disini, kami memulai dengan berbagai rasa

Perjalanan kami nikmati apa adanya

Mendung sempat menggelayut di langit sepanjang magelang

Tapi kami tabah, hingga senja di parakan menyapa langkah kami

 

Bergegas kami menuju sumbing

Hari itu malam, dingin memang, kami pun tak berani memungkirinya

Dan sebuah rumah sederhana itu, dari sanalah kami memulai

kami berteriak memadu kisah ” UNY COMMUNITY, Semangat “

 

Perjalanan malam yang panjang dan tidak munafik ditempuh

hujan tidak mengiring meskipun di penghujung senja tadi mendung tampak bergensi

Baca Juga  Kunamai Kau Dengan Rindu

kami melangkah dengan tapakan pasti menuju sana, #sumbing

 

Hingga pagi yang dingin menusuk tulang pun telah kami taklukan

Batu-batu berjurang di sekelilingnya yang tampak nyata

Bisa kami bayangkan bahwa butuh perjuangan untuk mencapai puncak itu

kami terus menaklukan dengan tersenyum bulat

Bertafakur mensyukuri anugrah tuhan ini

bahwa kami akan kembali mengukir kisah melalui khasanah tuhan

 

pada dirimu sumbing,

berupa serpihan jurang mengarungi langkah kami

ada bagian-bagian yang suatu saat nanti harus kami kenang

Ketika jurang-jurang membentang dan membentuk serpihan kenangan berhamburan

Ada hal-hal yang estetis pada ronamu, Ketika batu begitu ngilu menyusuri tulang

Tapi inilah yang membuat kami tenang dan riang

Kami pasti akan rindu untuk menempuh dan menaklukanmu, #sumbing

 

This is not a dream

Sampailah kami pada puncak sumbing

Hamparan kawah berlapis cerahnya matahari memang membuat kami mengeryitkan dahi

Batuan mengelilingi kawah

Entah seberapa setia ia melengkapi tenangnya gemercik belerang itu

Kami patut mencintaimu Sumbing

Kami tentu mencintaimu Tuhan

Dan sekali lagi kami akan merindukanmu sumbing

 

Kawah megah gagah sumbing menjadi saksi perjalanan kisah kami

Baca Juga  Resensi Buku Danarto: Berhala Adalah Simbol

Belerang hangat, Sehangat terik Mentari

makam kyai makukuan bertahta sakral di puncak ini

 

Kami masih belum usai mendengungkan kisah sumbing ini

kami pun tidak berhasil menemukan karangan yang tepat

untuk melengkapi rasa kagum kami pada pemilik jagat rasa ini

Tapi kami yakin, langkah kami menaklukan sumbing sudah merupakan wujud cinta kami

 

Kami bergegas menuju alam rata dengan miniatur aktivitas yang terkadung didalamnya

Berat hati ini rasanya, tapi kami harus beranjak dari puncakmu

suatu saat, jika tuhan berkehendak kami akan kembali padamu

kalimat retoris yang tepat di ucapakan saat ini adalah

” Bolehkah kami bermalam pada tubuhmu kembali suatu saat nanti”  #sumbing

 

Panas menyengat membawa rasa yang bahagia

Kami turun melalui arah yang hampir sama

meninggalkan puncak sumbing sang panorama tuhan yang agung

Bebatuan itu kami tapaki dengan penuh hati-hati

tanah itu kami tempuh dengan penuh ramah  bersama sumringahnya matahari

 

Sumbing We Love You From Our

 

Sumbing , 21-22 Juni 2014

By :  Zizi / PBSI UNY / 2011

 

admin

UNY COMMUNITY - Komunitas Mahasiswa dan Alumni UNY - kirim artikel menarik kalian ke redaksi@unycommunity.com, syarat dan ketentuan baca  Disini 

Related Articles

Back to top button
X