Puisi Gunung Sumbing
Awalnya kami adalah huruf-huruf yang berserak
lalu di pertemukan layaknya sebuah kalimat didalam sebuah kisah
sangat tidak mudah untuk membentuk kaliamat yang padu
kami pun mencoba akrab pada waktu, mencoba akrab pada huruf lain yang saling berseru
perlahan-lahan kami menjelma menjadi sebuah catatan kisah #sumbing
kami katakan bahwa kami pernah menumpuh ini
berkas ingatan yang dinamakan kenangan
perjalanan singkat penuh tantangan yang membawa kenyakinan
bahwa porsi ideal hidup kami adalah ” Menjadikan Hidup Lebih Baik “
Rektorat Universitas Negeri Yogyakarta,
Sebuah rentetan latar yang menghantarkan kami pada kisah ini
Disini, kami memulai dengan berbagai rasa
Perjalanan kami nikmati apa adanya
Mendung sempat menggelayut di langit sepanjang magelang
Tapi kami tabah, hingga senja di parakan menyapa langkah kami
Bergegas kami menuju sumbing
Hari itu malam, dingin memang, kami pun tak berani memungkirinya
Dan sebuah rumah sederhana itu, dari sanalah kami memulai
kami berteriak memadu kisah ” UNY COMMUNITY, Semangat “
Perjalanan malam yang panjang dan tidak munafik ditempuh
hujan tidak mengiring meskipun di penghujung senja tadi mendung tampak bergensi
kami melangkah dengan tapakan pasti menuju sana, #sumbing
Hingga pagi yang dingin menusuk tulang pun telah kami taklukan
Batu-batu berjurang di sekelilingnya yang tampak nyata
Bisa kami bayangkan bahwa butuh perjuangan untuk mencapai puncak itu
kami terus menaklukan dengan tersenyum bulat
Bertafakur mensyukuri anugrah tuhan ini
bahwa kami akan kembali mengukir kisah melalui khasanah tuhan
pada dirimu sumbing,
berupa serpihan jurang mengarungi langkah kami
ada bagian-bagian yang suatu saat nanti harus kami kenang
Ketika jurang-jurang membentang dan membentuk serpihan kenangan berhamburan
Ada hal-hal yang estetis pada ronamu, Ketika batu begitu ngilu menyusuri tulang
Tapi inilah yang membuat kami tenang dan riang
Kami pasti akan rindu untuk menempuh dan menaklukanmu, #sumbing
This is not a dream
Sampailah kami pada puncak sumbing
Hamparan kawah berlapis cerahnya matahari memang membuat kami mengeryitkan dahi
Batuan mengelilingi kawah
Entah seberapa setia ia melengkapi tenangnya gemercik belerang itu
Kami patut mencintaimu Sumbing
Kami tentu mencintaimu Tuhan
Dan sekali lagi kami akan merindukanmu sumbing
Kawah megah gagah sumbing menjadi saksi perjalanan kisah kami
Belerang hangat, Sehangat terik Mentari
makam kyai makukuan bertahta sakral di puncak ini
Kami masih belum usai mendengungkan kisah sumbing ini
kami pun tidak berhasil menemukan karangan yang tepat
untuk melengkapi rasa kagum kami pada pemilik jagat rasa ini
Tapi kami yakin, langkah kami menaklukan sumbing sudah merupakan wujud cinta kami
Kami bergegas menuju alam rata dengan miniatur aktivitas yang terkadung didalamnya
Berat hati ini rasanya, tapi kami harus beranjak dari puncakmu
suatu saat, jika tuhan berkehendak kami akan kembali padamu
kalimat retoris yang tepat di ucapakan saat ini adalah
” Bolehkah kami bermalam pada tubuhmu kembali suatu saat nanti” #sumbing
Panas menyengat membawa rasa yang bahagia
Kami turun melalui arah yang hampir sama
meninggalkan puncak sumbing sang panorama tuhan yang agung
Bebatuan itu kami tapaki dengan penuh hati-hati
tanah itu kami tempuh dengan penuh ramah bersama sumringahnya matahari
Sumbing We Love You From Our
Sumbing , 21-22 Juni 2014
By : Zizi / PBSI UNY / 2011