CampingJogjakuKegiatanWisata

Sensasi Tahun Baru di Pantai Greweng

Momen pergantian tahun selalu disambut dengan berbagai perayaan. Perayaan tersebut diiringi dengan harapan-harapan yang terluap baik bergelimang suka cita. Salah satu tempat tujuan yang kerap mewarnai semarak pergantian tahun adalah pantai. Lokasi alam yang satu ini hingga kini masih menjadi tempat tujuan favorit pengunjung untuk menyambut gemilang tahun baru. Hal ini dibuktikan dengan kuantitas pengunjung yang dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan signifikan.

IMG_5564

Euforia tahun baru destinasi pantai menjadi pilihan kami, Keluarga UNY Community. Setelah mengalami diskusi asik di Angkringan Wijilan, akhirnya Pantai Sedahan menjadi lokasi pilihan yang akan dikunjungi di malam tahun baru 2015. Pantai yang berlokasi di pucuk Gunung Kidul itu konon, memiliki keunikan karena untuk sampai di sana kami harus melewati berbagai rintangan lumpur, menelusuri sawah, dan kompleksitas rintangan lain. Apapun itu, nyatanya tidak menyurutkan langkah kami untuk mencapai sana.

Kami berkumpul di Taman Rektorat UNY pukul 15.00 dan langsung berangkat. Jam keberangkatan tersebut tidak sesuai rencana awal. Kami beranggotakan 9 orang yang terdiri dari Awan, Agus, Wawan, Anggun, Okti, Indah, Zizi, Aulia, dan Dewi. Sembilan orang dari berbagai latar belakang dan karakteristik disimpul dengan sebuah kata, Kami, Keluarga UNY Community.

Perjalanan menuju Sedahan tersebut sempat diwarnai kebingungan dikarenakan salah satu teman yang sebelumnya pernah berkunjung ke pantai tersebut mengalami krisis lupa. Meskipun setahun lalu juga merayakan malam pergantian tahun di Sedahan, namun ingatan akan rute jalan menuju Sedahan tidak cukup setia berbekas. Langkah kaki kami setia menapaki rintangan lumpur sepanjang sawah. Licin, lengket, berkubang, penuh kotoran sana sini, dan memaksa kami untuk mengerahkan kesabaran ekstra.

Baca Juga  Hutan Pinus Mangunan; Tempat Mereguk Ketenangan Sekaligus Spot Foto Ciamik

15

16

Seringkali perjalanan manis itu diwarnai tawa, omelan, jeritan hati hingga membahana sepanjang malam lantaran ada yang sempat terjatuh dalam kubangan juga. Belum lagi kami harus menanggung malu tanpa ampun akibat ketidaksengajaan kami menyusuri kandang sapi yang berakibat seorang bapak membentak. Sungguh perjalanan matun sawah kali ini begitu berbekas di ingatan kami.

Sebuah harapan ingin cepat sampai tujuan rupanya makin erat membelenggu. Dan ingatan rute jalan menuju Sedahan ternyata sudah mulai pulih setelah kami sampai di sebuah tempat aliran sungai kecil yang di kanan kirinya sudah ramai bangunan tenda sederhana. Sungguh pemandangan yang sangat berbeda dari setahun lalu. Sekarang pantai itu menjadi milik umat, menjadi pilihan khalayak untuk merayakan malam pergantian tahun, bukan lagi pantai yang sepi, pantai individu yang romantis.

Itulah Sedahan, menurut ingatan salah seorang teman yang setahun lalu berada di tempat ini juga untuk menyambut pergantian tahun. Tujuan kadang tak berbanding lurus dengan realita. Apa yang disebut Sedahan dalam ingatan setahun lalu ternyata memiliki nama berbeda, yaitu Greweng. Atau mungkin Greweng itulah nama yang sebenarnya? Dan Sedahan hanyalah ilusi yang hingga kini tak sempat terjamah oleh langkah kami? Entahlah. Dan kami tak begitu mau ambil pusing tentang identitas nama pantai tersebut. Yang jelas berbekas adalah dua karang terpisah di bibir pantai kanan kiri; deburan ombak pasang yang bebas; ledakan mercon kembang api yang riuh; lelucon angin yang nakal menyibak pasir; tawa memukau dari semesta manusia; pelukan beberapa insan yang entah bertujuan apa; dan kehangatan dalam kebersamaan sebuah Keluarga UNY Community.

Baca Juga  Heha Sky View, Tempat Nongkrong Untuk Menikmati Keindahan Jogja Dari Ketinggian  

1

2

4

Kami membalut kebersamaan ini dengan berbagai cara, salah satunya dengan bermain kartu. Kekalahan dalam sebuah permainan ditebus dengan olesan bedak yang makin mempercantik wajah kami. Belum lagi ledakan tawa bahagia Sang Pemenang dan teriakan histeris yang kalah yang seolah sedang mempertaruhkan kehidupannya di kartu. Semua berbekas indah dan yang terpenting bukan soal kalah menang sebenarnya, tapi esensi dari kebersamaan itu sendiri. Setelahnya, kami memahami bahwa tubuh kami pun memiliki hak untuk beristirahat. Kami pun bergegas menuju peraduan dan memanjatkan doa terkudus serta harapan mulia di awal tahun 2015 ini.

5

Hingga pagi tanpa kokok ayam yang diganti keramahtamahan desir ombak mampu membangunkan kami. Bersahaja sekali rasanya bisa menyambut pagi di pinggir pantai. Apalagi tenda kami berada di paling depan dan amat dekat dengan karang-karang, sangat lekat dengan hamparan pasir dan air. Sempurna.

7

8

9

Ini kesempurnaan awal yang kami bangun di awal tahun 2015. Kata-kata manis memang sudah banyak terpanjat dan menguap ke langit. Harapan mulia memang menjadi keinginan ideal setiap penikmat hidup. Tapi untuk memaknai ini semua sesungguhnya sederhana. Kita hanya perlu mencurahkan deras syukur atas nikmat Tuhan yang tak terhingga ini serta mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan terpahit kehidupan yang masih menjadi rahasia Tuhan. Karena hanya jiwa-jiwa yang tangguhlah yang akan memenangkan skenario Tuhan atas hidupnya sendiri. Dan Greweng, terima kasih untuk latar tempat estetis yang sesungguhnya telah disediakan Tuhan.

Dy Zhisastra

Saya menyayangi mereka yang menyayangi saya | Pegiat Sastra Universitas Negeri Yogyakarta

Related Articles

Back to top button
X